Manusia sebagai
makhluk yang sempurna dimata Tuhan sudah terbilang cukup lama hidup berkelompok
yang mungkin sekarang dikenal dengan istilah ‘bermasyarakat’.Bukan tanpa alasan manusia mau hidup
bermasyarakat,selain alasan dasar nya adalah mereka berpredikat ‘makhluk sosial’.Dalam hidupnya dimasyarakat
pun dijumpai beragam manusia dengan sejuta perbedaan, mulai dari suku, agama,
keadaan status sosial, latar belakang keluarga, dan masih banyak lagi.Dan
disitu letak indahnya, hidup dalam
perbedaan.
Namun ada satu
kesamaan yang melekat dan tak akan bisa dihilangkan dari seorang manusia,
dimana hal itu telah mereka bawa sejak mereka pertama kali lahir ke dunia ini,
yaitu HAK ASASI.Demikian saya katakan
karena hak seorang manusia bersifat
asasi, tidak bisa diganggu gugat, tidak bisa di interfensi oleh siapapun,
tidak diperjual belikan, dan bahkan ada sanksi berat jika ada manusia lain yang
mencoba menggangu ketenangan hak manusia lainnya, karena bisa di katakan
sebagai pelanggaran HAM.
Namun terkadang
perbedaan itu yang pada awalnya dianggap sebagai satu keindahan, sekarang bisa
berubah menjadi polemik.Karena masing-masing berebut ingin mempunyai kesamaan
dengan manusia yang lainnya.Secara tidak langsung mereka telah melakukan
kompetisi satu dengan yang lainnya.Contoh yang paling gampang saja yang terjadi
di masyarakat tentang pelapisan sosial adalah ‘kesenjangan sosial’.Bisa dibilang ini adalah hal yang sangat klasik.Dimana
setiap manusia berlomba untuk menjadi yang ‘terlebih’
dibanding yang lainnya.Manusia yang status sosial nya tidak sama dengan
manusia yang lainnya yang memiliki status sosial lebih dibandingkan dirinya
pasti mengidamkan kesamaan untuk memiliki status social yang sama.Manusia yang
kebetulan memiliki keadaan status social lebih dibanding manusia lainnya di
tempat ia tinggal pasti memiliki pemikiran yang berbeda dan merasa sedikit ‘besar kepala’ dengan apa yang ia
miliki..Ya, bisa saja muncul sifat-sifat buruk manusia yang keluar akibat
kesenjangan itu.Mereka yang merasa status ekonominya berada diatas yang lainnya
bisa saja menjadi sedikit lebih ‘angkuh’,
lebih merasa paling ‘wah’,paling
punya segalanya,mereka bisa mendapatkan dan melakukan apa saja yang mereka mau
dengan harta mereka yang belum tentu bisa diikuti oleh manusia lainnya.Dan timbulah
‘kecemburuan sosial’.Seorang manusia
yang mempunyai harta lebih akan bisa dengan leluasa melakukan apapun tanpa
menghiraukan yang terjadi disekitarnya.Dan manusia lain yang kebetulan derajat
ekonominya berada di bawahnya akan menjadi
‘cemburu’ melihat kesewenang-wenangan yang dilakukan manusia tersebut.Memang
sudah menjadi hal yang lumrah dan banyak ditemukan dalam kehidupan
bermasyarakat saat ini.Efek yang ditimbulkan dari kesenjangan social itu pun
bisa sangat negative.Akibat merasa tidak mampu untuk ‘menyamai’ keadaan manusia lainnya yang lebih, manusia yang kurang
pun berpikiran untuk ‘mencari jalan
pintas’, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu agar tidak ‘diperolok’ oleh manusia lainnya,
terlebih dalam hal ekonomi.Bisa saja mereka melakukan tindakan criminal seperti
pencurian, penjambretan, atau bahkan tidak segan-segan manusia yang sudah ‘gelap mata’ tega menghabisi nyawa manusia lainnya karena sudah
tidak mampu mempunyai kemampuan untuk menyamai keadaan ekonomi manusia lainnya,
dengan tidak lupa mereka merampas hartanya juga.
Penjabaran
tentang pelapisan social diatas memang tidak bisa dipungkiri
keberadaanya.Itulah mengapa saya mengambil salah satu contoh pelapisan social
yang ada dalam kehidupan bermasyarakat saat ini.Tapi bukan berarti apa yang
saya gambarkan di atas tentang kesenjangan social diatas terjadi di semua
manusia.Masih banyak pula manusia-manusia yang ‘rendah hati’, ‘ringan
tangan’, yang dengan segala kelebihannya yang dia miliki tetapi tetap
bersifat bersahaja.Karena ia sadar bahwa segala sesuatu yang ada didunia ini
termasuk harta benda yang ia miliki adalah hanya titipan TUHAN, dan bersifat fana atau sementara.Yang bisa saja
tanpa kita sadari bisa diambil kembali oleh Yang Punya tanpa kita diberitahu
sebelumnya.
Namun terkadang
mereka lupa, bahwa seluruh umat manusia didunia memiliki kesamaan derajat di
mata Tuhan,ya dimata Tuhan Yang Maha Esa.Walaupun kita hidup didunia hidup
dalam perbedaan yang mencakup berbagai hal, namun sesungguhnya di mata Tuhan
kita tetap lah sama, yaitu makhluk yang lemah dan tidak berdaya tanpa ada
bantuan dari Nya.Tapi masih saja ada manusia yang lupa dan dengan angkuhnya
bahwa ia merasa lebih dibanding semuanya.Sangat memprihatinkan manusia
tersebut.Dengan segala apa yang kita punya di dunia, tetap tidak berpengaruh
sedikit pun dimata Tuhan.Tak perduli jabatan, kedudukan, berapa mobil yang ia
punya, berapa rumah yang mereka punya,tetap saja tidak ada pengaruhnya di mata
Tuhan.Yang membedakan kita sebagai manusia di mata Tuhan adalah hanya ‘amal dan perbuatan’ yang kita perbuat
selama hidup di dunia.Dengan diberikan umur yang berbeda-beda tiap manusia,
mampu apa tidak kah manusia menjalankan perintah dan larangan-NYa seperti apa
yang telah diajarkan didalam agama (dalam hal ini berlaku untuk semua
agama).Diseluruh dunia pun dengan agama yang dianut oleh masing-masing manusia
pasti diajarkan untuk hal yang satu ini.
Dalam kehidupan
social masyarakat pun bisa kita jumpai hal seperti ini.Yakni dimana manusia
dengan segala perbedaan yang ada, tetapi tetap berprinsip bahwa kita semua sama
di mata Tuhan.Tidak serta merta ‘mengkotak-kotak
kan’ manusia yang satu dengan manusia lainnya,padahal Tuhan saja tidak
pernah ‘mengkotak-kotak kan’ seluruh
umatnya.Sederhana saja, diderah kita tinggal pasti hidup manusia dengan beragam
penganut keyakinan beragama.Satu ketika, tetangga kita membutuhkan bantuan
pertolongan karena ada salah satu anggota keluarganya tertimpa musibah, yang
notabene tetangga kita ternyata berbeda dalam hal keyakinan beragama.Namun,
karena manusia yang dimintai pertolongan
itu berprinsip bahwa semua manusia adalah sama
derajatnya di mata Tuhan, maka tanpa pikir panjang manusia tersebut
langsung menolong tetangganya, dan tanpa pamrih pula.Dengan segala kemampuan
yang dimilkinya, dia menolong tetangganya sampai selesai masalahnya.Dan keadaan
diatas itulah yang mencerminkan indahnya
hidup dengan keberagaman keyakinan beragama, dan juga tercantum dalam
Pancasila Sila ke-1, yakni ‘Ketuhanan
Yang Maha Esa’.Semua manusia boleh berbeda dalam melangsungkan hidupnya di
dunia, namun mereka tetap berinduk kepada satu hal, yaitu Tuhan.Dimana semua manusia dianggap mempunyai kesamaan derajat dan
tinggal yang membedakan adalah amal dan perbuatan yang mereka lakukan selama
meraka hidup di dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar