Pilih Warna Kesukaan Anda

Efek Blog
Just a little place where i spend my lost time....: Mengomentari Isi dari Sebuah Karya Sastra dan Hubungannya Dengan Manusia -->

Jumat, 23 Maret 2012

Mengomentari Isi dari Sebuah Karya Sastra dan Hubungannya Dengan Manusia

         Untuk tugas yang satu ini, adalah mengomentari isi dari sebuah karya sastra atau lebih gampangnya kita sebut 'resensi'.Dan sebuah karya sastra yang akan di bahas kali ini adalah sebuah novel karya pengarang terkenal di era tahun 80'an.Novel ini berjudulkan 'AKU,KELUARGAKU & TETANGGAKU' karya 'DARMAN MOENIR'.Novel ini diterbitkan oleh BALAI PUSTAKA tahun 1993.
          Sekilas sebelum menjabarkan resensi dari novel ini, sedikit saya ingin menampilkan sedikit biografi dari si penulis yaitu 'DARMAN MOENIR'. Lahir pada 27-Juli-1952 di Sawang Tengah, Batu Sangkar, Sumatra Barat.Setamat nya dari SSRI (sekolah Seni Rupa Indonesia) Negeri Padang, beliau melanjutkan ke Akademi Bahasa Asing Prayoga, jurusan Bahasa Inggris (1974).Pernah juga mengikuti kuliah di jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas Sastra Universitas Bung Hatta.Namun kesarjanannya di tempuh dengan tesis The Language Used in the -"Tambo" - a Pleminary Study on Classical Minangkabau works di jurusan Bahasa Inggris Prayoga tahun 1989.Anak sulung dari guru Bahasa Indonesia SMP ini mulai aktif menulis dalam usia 18 tahun, memimpin Grup Studi Sastra 'Krikil Tajam' (1973).Tidak hanya novel yang beliau tulis, namun cerpern, puisi,esei,cerita anak-anak dan penterjemah.Dan khusus untuk novel yang kebetulan saya jadikan resensi ini yakni 'AKU,KELUARGAKU & TETANGGAKU" meraih hadiah II Sayembara majalah Kartini tahun 1987.Dari pemerintah sendiri, beliau mendapat Hadiah Sastra 1992.
           Bila secara sekilas kita lihat judulnya, pasti nya kita sudah bisa menebak apa isi cerita dari novel ini.Daripada penasaran, langsung kita tengok sedikit resensi dari novel ini...

...........Cerita fiktif ini diawali dari sebuah karakter yang sekaligus menjadi tokoh utama dalam novel ini yakni bernama Lano.Seorang anak desa yang nekat mengadu nasib ke kota besar.Setamatnya kuliah di salah satu universitas swasta, Lano tak lantas langsung melamar pekerjaan ke instansi atau perusahaan.Dia lebih memilih menjadi seorang penulis sebagai pengisi topik di salah satu surat kabar ibu kota.Lano beristrikan 1 orang dan dikaruniai 2 orang anak laki-laki.Awalnya istrinya hanyalah seorang penganggur karena masih belum berkeinginan meniti karir.Sampai satu waktu memantapkan diri menjadi seorang pegawai kantoran meski di bantu oleh sahabatnya, memang sedikit mengorbankan idealisme memang.
           Lano bekerja pada malam hari.Dengan ditemani sebuah mesin tik tua dan beberapa carik kertas, dia asik menerawang imajinasinya untuk dijadikan sebuah tulisan.Terlihat sebuah resiko memang ketika suara mesin tik-nya yang berdengung statis tiap malam yang akan membangunkan tetangga-tetangganya sekitar.Namun apa mau dikata bagi Lano?Karena pada prinsipnya Lano menulis agar bisa tetap menyalakan api kehidupan, menyalakan api di dapur.Klimaks dari cerita ini ialah ketika mereka sepakat untuk mengontrak rumah di sebuah komplek setelah mereka berpeluh keringat berpindah kontrakan rumah dari yang satu ke yang lainnya.Ternyata pilihan mereka berdua salah, yang pada awalnya ,pindah ke lingkungan komplek akan membuat mereka kerasan dan betah, justru sebaliknya.Di komplek inilah sumber bencana untuk keluarga mereka berasal.
           Semua lakon utama dalam permasalahan keluarga Lano adalah para tetangganya yang entah dengan sengaja atau memang sudah menjadi sifat menurun di komplek itu untuk saling menghasut.Dan kali ini korbannya adalah Lano beserta keluarganya.Segala macam fitnah mereka terima, dari yang awalnya tidak mereka tanggapi namun lama kelamaan tebalnya kuping mereka harus terkikis karena tak tahan di serang sana-sini dari para tetangga mereka yang intinya tak tahu apa maksud mereka sebenarnya.Seperti Lano dan istri seperti sedang bermain sebuah peran dan yang menjadi sutradaranya adalah para tetangganya.Dan sampailah pada anti klimaks pada cerita ini, bahwa karena sudah merasa tak tahan dengan fitnahan yang terus berdengung di kuping mereka, akhirnya Lano memutuskan untuk pergi dari rumah meninggalkan istri beserta kedua anaknya yang masih kecil-kecil.Ya alasan Lano pergi sangat jelas, karena Lano ingin mencari kedamaian, karena kedamaian buat Lano seperti garis cakrawala yang diburu kian menjauh.........

          Dan jika kita menghubungkan sepenggal cerita diatas dengan kehidupan manusia adalah kita memang sedari dahulu hidup bertetangga alias berkelompok.Tak mungkin kita hidup sendiri.Dan pasti kita pernah mendengar istilah ini 'saudara terdekat kita ya tetangga kita...'Ada benarnya juga istilah tersebut, namun jika kita menelaah dari cerita diatas bahwasanya tidak semua tetangga kita beri'tikad baik dengan kita.Bukan bermaksud berprasangka buruk atau bagaimana, namun kita tetap harus waspada dengan tetangga sekitar kita.Pasti ada saja omongan-omongan selentingan tentang keluarga kita.Dan itu harus siap kita terima.Dan mungkin memang sudah seperti membudaya, jika di dalam sebuah lingkungan komplek itu pasti ada saja cibiran-cibiran tidak enak yang ditujukan untuk tetangga lainnya.tinggal kita menyikapinya bagaimana, apakah hanya dianggap angin lalu saja oleh kita atau malah di telan mentah-mentah dan malah berujung ke percekcokan satu dengan lainnya??????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar